Rabu, 24 April 2013

Kurang Vitamin D Malah Bikin Panjang Umur?


Jakarta, Kekurangan vitamin D identik dengan gangguan kesehatan seperti gigi mudah rusak, otot kejang dan pertumbuhan tulang yang tidak normal. Namun sebuah studi baru mengungkapkan fakta yang mengejutkan: kondisi ini menyebabkan seseorang bisa berumur panjang.

"Kami menemukan bahwa riwayat panjang umur yang dimiliki sebuah keluarga dikaitkan dengan rendahnya kadar vitamin D dan rendahnya frekuensi variasi alel di dalam gen CYP2R1 yang ada kaitannya dengan tingginya kadar vitamin D seseorang," ungkap peneliti Dr. Diana van Heemst dari Department of Gerontology and Geriatrics, Leiden University Medical Center, Leiden, Belanda.

Temuan ini diperoleh setelah peneliti mengamati data 380 keluarga yang setidaknya memiliki dua saudara berusia 90 tahun ke atas (89 tahun ke atas untuk pria dan 91 tahun ke atas untuk wanita). Studi itu melibatkan saudara, keturunan (anak) dan pasangan anak dengan total partisipan berjumlah 1.038 anggota keluarga nanogenarian (orang-orang berusia 90 tahun ke atas) dan 461 partisipan sehat.

Keturunan nonagenarian dilibatkan karena peneliti kesulitan merekrut partisipan dengan kelompok usia yang sama dan masih sehat. Sedangkan pasangan keturunan nanogenarian diikutsertakan karena peneliti menganggap mereka rata-rata memiliki usia dan faktor lingkungan yang sama, terutama yang bisa mempengaruhi kadar vitamin D-nya.

Kemudian peneliti beberapa faktor yang mempengaruhi kadar vitamin D partisipan, mulai dari kadar 25-hidroksivitamin D [25(OH)D] atau calcidiol (salah satu bentuk vitamin D yang paling banyak tersedia di dalam tubuh manusia), penggunaan tanning bed, usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh (BMI), konsumsi suplemen vitamin dan fungsi ginjal.

Tak hanya itu, peneliti mengamati pengaruh variasi genetik dari 3 gen yang berkaitan dengan tinggi rendahnya kadar vitamin D dalam tubuh.

"Hasilnya, kami menemukan bahwa keturunan nonagenarian yang setidaknya memiliki satu saudara yang juga nonagenarian dilaporkan memiliki kadar vitamin D yang lebih rendah ketimbang partisipan yang sehat, terlepas dari sejumlah faktor lain dan ada tidaknya SNP (single nucleotide polymorphisms) yang juga mempengaruhi tinggi rendahnya kadar vitamin D dalam tubuh partisipan," ungkap peneliti.

"Keturunan nonagenarian itu juga diketahui memiliki frekuensi varian genetik di dalam gen CYP2R1-nya yang lebih rendah. Varian genetik dari gen inilah yang memberikan kecenderungan pada seseorang agar memiliki kadar vitamin D yang tinggi di dalam tubuhnya," lanjutnya seperti dilansir dari sciencedaily, Rabu (7/11/2012).

Temuan ini pun semakin mendukung kaitan antara rendahnya kadar vitamin D dan riwayat panjang umur sebuah keluarga, terutama dengan ditemukannya fakta bahwa keturunan nonagenarian mungkin memiliki lebih banyak protein yang diduga dapat menekan proses penuaan ketimbang partisipan yang sehat.

Kendati begitu, peneliti studi yang telah dipublikasikan dalam jurnal CMAJ (Canadian Medical Association Journal) ini mengaku masih memerlukan studi lanjutan untuk memastikan temuan ini.



http://health.detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar